YofaMedia.Com, Jakarta-Penangkal Perang Asimetris itu termasuk solid, tetap bersama menyelesaikan aktifitas, gotong royong dan tidak melanggar hak orang lain.
Selain kokoh memegang empat pilar, yaitu Pancasila, Undang-undang Dasar (UUD) 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Demikian disampaikan H Bobby Adhityo Rizaldi SE Ak MBA CAFE CA.
Dalam Pengajian Kebangsaan "Menangkal Perang Asimetris; Upaya Penguatan Ideologi Pancasila" di Ruang 403 Lantai 4 Gedung Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar pada Senin siang, 24 Juli 2017.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar di Komisi I ini menguraikan dalam 15 halaman. "Jika perang proxy ini tidak diantisipasi, maka keutuhan NKRI bisa babak belur," ungkapnya.
Dan dijelaskan, ada 3 contoh, termasuk perang asimetris.
"Dewan Riset Nasional 2008 memaparkan, model peperangan yang dikembangkan dari cara pikir yang tidak lazim dan di luar aturan peperangan yang berlaku, dengan spektrum perang yang sangat luas dan mencakup aspek-aspek AstaGatra (perpaduan antara trigatra: geografi, demografi, dan sumber daya alam; dan PancaGatra: ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya).
US Army War College 2004 memaparkan, sebuah konflik dari dua pihak yang bertikai, berbeda sumber daya inti dan perjuangannya, cara berinteraksi dan upaya saling mengekploitasi karakteristik kelemahan lawannya.
Pejuang yang lebih lemah berupaya untuk menggunakan strategi dalam rangka mengimbangi kekurangan yang dimiliki dalam hal kualitas dan kualitas.
Australia Department of Defense mengetengahkan, konflik selalu melibatkan satu pihak yang mencari celah keuntungan asimetris atas pihak lainnya dengan memperbesar pendanaan, penggunaan teknologi, atau metode operasi yang baru secara kreatif.
Asimetris muncul pada saat diketahui adanya perbandingan antara dua hal, dapat diartikan perbedaan tujuan, komposisi pasukan, kultur, teknologi dan jumlah," terang Bobby Adityo.
Ditambahkan, senjata asimetris termasuk -militer atau smart power, teknologi, kultural, dan lebih murah dari perang kontemporer atau konvensional.
Sementara, ciri perang asimetris menurut Global Future Institute-Hendrajit 2015, yaitu:
Pertama, belokkan sistem sebuah negara sesuai kepentingan proxy atau kolonialisme.
Kedua, lemahkan ideologi dan ubah pola pikir rakyatnya.
Ketiga, hancurkan ketahanan pangan dan energy security, dan penciptaan ketergantungan.
Keempat, kontrol terhadap ekonomi dan penguasaan sumber daya alam sebuah negara.
Kepentingan pelaku perang asimetrisnya bahwa NKRI ditempatkan sebagai pemasok bahan mentah bagi negara industri maju, sebagai pasar bagi barang-barang jadi yang dihasilkan oleh negara industri maju, dan sebagai pasar untuk memutar ulang kelebihan kapital yang diakumulasi oleh negara-negara industri maju.
Pola perang asimetris biasa nya memakai cara bombardir-issue ( Arab spring di jalur sutera ) termasuk kemiskinan, korupsi, demokrasi, pemimpin tirani dan lainnya, melalui aksi massa; kavaleri (TEMA dan AGENDA seperti gerakan massa guna menurunkan rezim setelah bombardir), dan infantri (mengendalikan sistem ekonomi dan kontrol sumber daya alam di negara target-SKEMA baru kolonialisme).
*Larty R*
Posting Komentar