Yofamedia.com, Jakarta -Miringnya pemberitaan yang beredar terkait pernyataanPrabowo Subianto mengenai wartawan, membuat beberapa personal menjadi gerah dan tidak nyaman. Namun, bagaimanapun pernyataan itu benar adanya.
Terkait hal ini, Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA sebagai Ketua Umum PPWI Nasional yang juga Alumni PPRA-48 Lemhannas RI 2012. Dalam penyataannya di jejaring WA mengeluarkan statement resmi; berikut penelusurannya.
“Tiga hari lalu ada wartawan minta komentar saya tentang pernyataan Prabowo Subianto soal wartawan hidupnya mengenaskan. Tapi, wartawan itu tidak jadi muat komentar panjang saya, mungkin karena salah milih narasumber ya”, jelas Wilson yang juga lulusan dari 3 universitas terbaik di Eropa (Birmingham University – Inggris, Utrecht University – Belanda, dan Lingkoping University – Swedia).
Wilson memberikan pernyataan yang agak berbeda dari suara kawan-kawan pers lainnya, sebagai berikut:
“Pernyataan Prabowo Subianto (PS) itu adalah realitas, sebuah kenyataan di lapangan. Kedengarannya memang pahit, tapi itulah faktanya. Kondisi hampir semua wartawan Indonesia saat ini cukup memprihatinkan, tidak hanya dari sisi ekonomi, tapi juga pendidikan, serta akses peningkatan kualitas diri dan keluarganya. Oleh karena realitas itu, maka dalam banyak kesempatan dan forum, saya secara terbuka sampaikan kepada kawan-kawan jurnalis, selama Anda menyandarkan hidup dari kerja-kerja sebagai wartawan, jangan pernah bermimpi jadi sejahtera, berharap ekonomi akan meningkat apalagi jadi orang kaya,” papar Wilson.
“Kerja – kerja jurnalistik itu hebat dan mulia, sama dan setara dengan kerja-kerja sebagai guru atau dosen. PPWI memposisikan wartawan sebagai guru, pendidik bagi masyarakat. Media massa adalah sekolah dan ruang kelas, tempat wartawan mendidik publik sebagai muridnya. Dalam konteks ini, jurnalis semestinya dihargai dan dihormati sebagaimana halnya kalangan guru dan dosen di lembaga pendidikan formal. Masalahnya kemudian, layakkah wartawan Indonesia dihargai, dihormati, dan dimuliakan seperti guru/dosen?? Sepanjang wartawan masih belum menunjukkan kualitasnya sebagai pendidik (guru/dosen) dan justru melacurkan diri dengan pola 86 dan/atau praktek _jale/amplop 50-100 ribu, selama itu pulalah kondisi dunia pers Indonesia memprihatinkan,” lanjut dia.
“Saya kira pernyataan PS bagus, hanya sayangnya dia berhenti pada pengungkapan masalah kemiskinan wartawan saja. Jika PS benar-benar seorang elit bangsa, pejuang rakyat yang sungguh-sungguh beritikad baik membangun bangsa ini, ia semestinya melanjutkan dengan membeberkan program solutifnya bagi meningkatkan kualitas dan kesejahteraan wartawan. Dari sisi ini, saya menilai PS masih lemah atau belum mumpuni sebagai pemimpin bangsa,” ungkap Wilson.
Merespon pernyataan PS itu, Wilson menghimbau kawan-kawan jurnalis agar tidak reaktif, justru mestinya introspeksi ke dalam diri masing-masing di internal wartawan sendiri.
Wilson menjabarkan bahwa PPWI memiliki konsep pengembangan diri para jurnalis, sebagai berikut:
(1) Tingkatkan SDM dengan terus belajar dan berlatih, baik formal, informal, maupun non-formal.
(2) Jalin kemitraan untuk bangun usaha dengan pihak lain, jalankan kegiatan jurnalisme hanya sebagai sebuah fungsi sosial secara profesional-berkualitas (bukan profesional-uang).
(3) Lengkapi diri dengan sarana-prasarana kerja jurnalisme yang baik dan memadai.
(4) Secara bersama mendorong pemerintah (pusat dan daerah) agar membenahi SDM jurnalis dan menciptakan sistim jurnalisme yang sehat dan berkualitas di negeri ini.
(Yeni.H)
Posting Komentar