Yofamedia.com, Jakarta - Untuk lebih meningkatkan jangkauan pemahaman terhadap teknologi 5G sebagai teknologi terbaru nantinya, Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) dan Indonesia 5G Forum bersama dengan Qualcomm Technologies, Inc., anak perusahaan dari Qualcomm Incorporated, Ericsson, Nokia, ZTE, dan beberapa operator seluler di Indonesia, mengadakan seminar dan diskusi yang berfokus pada aspek kebijakan, teknologi, dan regulasi.
Seminar yang merupakan A Half-Day Public Presentation on 5G (Policy, Teknology and Regulatory Perpective) itu berlangsung di Mercantile Athletic Club, Jl. Jend. Sudirman, Jakarta, Selasa,15 Agustus 2017.
Seminar ini digelar sebagai salah satu usaha berkelanjutan dalam mempersiapkan Indonesia menyambut teknologi 5G, seminar ini menelusuri potensi peraturan dan perspektif industri terhadap implementasi teknologi 5G yang diperkirakan untuk diluncurkan secara komersial di tahun 2019.
Dengan mengikuti pemaparan teknis dan pengenalan features 5G, para peserta seminar diharapkan dapat melihat dan memahami arah dan perkembangan 5G mendatang, terkait dengan kesiapan pemerintah dan sektor swasta, khususnya dalam kaitan dengan regulasi; alokasi frekuensi; investasi dan business model serta pengembangan ecosystem 5G dan IoT.
Dalam banyak diskusi dan publikasi, baik di dalam maupun luar negeri, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa teknologi 5G merupakan sebuah keniscayaan untuk memenuhi tuntutan terhadap komunikasi data yang serba cepat, stabil dan aman.
Saat ini, berbagai perusahaan teknologi di dunia tengah bekerja sama dalam pengembangan, standarisasi, dan uji coba teknologi 5G. 5G tidak hanya menawarkan tingkat latensi yang sangat rendah (kurang dari 1 milidetik) dan kecepatan akses data yang tinggi dan konsisten (kurang lebih 100+ Mbps) di berbagai cakupan areanya, namun juga menciptakan peluang bagi bisnis model dan industri baru.
Peluang baru di bidang realitas maya (virtual reality), Internet of Things(IoT), dan layanan untuk mission-critical diperkirakan akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi global.
Berdasarkan hasil studi “The 5G Economy” yang digagas oleh Qualcomm dan dilaksanakan oleh berbagai perusahaan riset, IHS Markit, Penn Schoen Berland (PSB), dan Berkeley Research Group (BRG), rantai nilai (value chain) 5G di seluruh dunia akan menghasilkan pendapatan hingga $3.5 triliun dan membuka 22 juta lapangan pekerjaan di tahun 2035.
Selain itu, 5G juga memungkinkan terciptanya distribusi barang dan jasa berskala global yang bernilai hingga $12.3 triliun di tahun yang sama.
Basuki Yusuf Iskandar(Kepala Riset dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia) menjelaskan, implementasi teknologi 5G merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Penggunaan teknologi ini menurutnya dapat mengubah gaya hidup tidak hanya konsumen, namun juga industry. Karena selain memberikan kecepatan transfer data dengan kapasitas yang lebih besar, 5G juga menawarkan latensi yang sangat rendah dan jangkauan yang lebih luas, sehingga sangat cocok diterapkan untuk menyelesaikan tugas yang memerlukan ketepatan dan kestabilan koneksi tinggi.
“Yang terpenting saat ini untuk kita lakukan bersama adalah mempersiapkan konsolidasi operator sehingga sumber daya frekuensi yang terbatas dapat digunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan publik,” ujar Basuki.
Sementara itu, Kristiono (Ketua Umum dari MASTEL) memaparkan, melihat potensi besar yang dapat ditawarkan oleh implementasi 5G, baik bagi konsumen maupun ekonomi global, penting bagi Indonesia untuk sedini mungkin mempersiapkan diri menyambut era 5G ini.
“Indonesia seharusnya tidak hanya sekedar pasar dan pengguna teknologi ini, tetapi pemerintah bersama sama seluruh stakeholder terkait bersama sama melihat peluang - peluang apa yang dapat diambil oleh Indonesia dalam era 5G ini. Industri perangkat dan talent yang ada di Indonesia juga harus memetik keuntungan dari teknologi ini,” terang Kristiono. Beliau juga mengatakan bahwa operator telekomunikasi di Indonesia harus berperan dari awal, dan secara serius mengikuti perkembangan dan langsung terlibat di dalamnya.
Pemimpin teknologi global baru-baru ini mempercepat rilis spesifikasi 5G New Radio (NR), standar global 5G, yang pertama dalam 3GPP – kumpulan dari organisasi perumus standar global, termasuk teknologi 2G, 3G, 4G dan 5G.
Qualcomm Technologies, Ericsson, Nokia, dan pemimpin industri komunikasi seluler lainnya berperan penting dalam mempercepat jadwal standarisasi 5G NR untuk uji coba berskala besar pada tahun 2019, lebih cepat dari perkiraan awal yang dijadwalkan pada tahun 2020.
“Sebagai pemimpin di bidang riset dan pengembangan teknologi nirkabel, inovasi-inovasi teknologi Qualcomm telah menjadi pondasi bagi standar 5G NR. Percepatan komersialisasi 5G NR secara global menjanjikan tingkat kapabilitas dan efisiensi baru yang mampu memberikan kecepatan layaknya jaringan fiber, latensi yang sangat rendah, pengalaman pengguna yang konsisten, dan juga biaya paket data yang lebih murah,” kata Julie G. Welch, Senior Director and Head of Government Affairs, SEA, Taiwan and Pacific, Qualcomm International, Inc.
Ketika spesifikasi teknis sudah hampir rampung dikerjakan, tantangan selanjutnya terletak pada memastikan penggunaan sumber daya frekuensi yang cukup dan paling memadai untuk 5G. Pada dasarnya, 5G merupakan jaringan yang dapat menggunakan seluruh band spektrum, mulai dari band rendah seperti 1GHz, band sedang di sekitar 1GHz hingga 6GHz, hingga band tinggi di atas 24GHz yang juga dikenal sebagai milimeter Wave.
Selain itu, teknologi ini juga mampu bekerja di seluruh spektrum, baik berbayar (unlicensed), berbagi (shared), maupun tidak berbayar (unlicensed). Saat ini, beberapa negara telah mengumumkan untuk melakukan uji coba 5G termasuk Jepang, Korea, Tiongkok, Eropa, dan Amerika.
Qualcomm menghimbau pemerintah Indonesia untuk memulai perumusan peraturan 5G dan mengidentifikasi potensi dan alokasi spektrum yang potensial untuk 5G. Qualcomm dalam hal ini sangat menghargai usaha pemerintah, yang telah mulai mengidentifikasi kandidat potensial untuk spektrum 5G.
Merupakan hal yang penting bagi pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan perumusan regulasi yang dapat mengakomodasi kepentingan dari semua pihak dalam mengadopsi teknologi 5G, termasuk di dalamnya penentuan penggunaan spectrum frekuensi 28GHz dan untuk konsolidasi semua operator.
Operator juga harus mulai memperhitungkan perubahan teknologi menuju era 5G. Sebagai langkah pertama dalam transisi menuju era 5G, operator dapat mulai menggelar 5G-Internet of Thing (IoT) yang memerlukan biaya investasi tergolong rendah dikarenakan kebutuhanbandwidth yang kecil dan perangkat yang lebih sederhana, sembari menunggu hasil uji coba 5G skala besar pertama di ajang Olimpiade Musim Dingin 2018 di Korea Selatan.
Untuk memfasilitasi proses adopsi teknologi 5G, beberapa ilmuwan Indonesia juga telah membentuk organisasi bernama Indonesia 5G Forum pada 1 Juli 2015. Organisasi ini diharapkan dapat membantu pemerintah dan para pemain industri dalam menentukan peraturan dan teknologi yang tepat untuk diterapkan di Indonesia, sehingga memenuhi kebutuhan tiap sektor.
Hingga saat ini, Indonesia 5G Forum telah melakukan berbagai kegiatan untuk pertukaran pengetahun terkait teknologi ini dengan berbagai pihak di Jepang dan Korea guna menemukan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia saat 5G telah siap untuk diadopsi dalam skala besar.
(Yeni Herliani)
Posting Komentar