Yofamedia.com, Langkat - Sekretaris Kelompok Tani (Koptan), Cinta Dapat, Syaiful, mengakui kini sudah tiga rumah warga dirusak pihak Managemen PT PN II Kabupaten Langkat, bekerja sama dengan PT Langkat Nusantara Kepong (LNK) bersama aparat di Dusun Cinta Dapat, Desa Brahrang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat-Sumut.
“Tiga rumah warga dirusak, pihak aparat dan petugas dari PTPN II dan PT LNK, listrik diputus, kini kami sekitar 50 orang kami ngumpul-ngumpul di sini, sekarang kami bingung apa jalan keluarnya. Kami dipaksa tinggalkan rumah tanpa ada solusi,” kata Syaiful, Rabu (6/9), malam.
Lanjutnya, kini masyarakat bingung cari solusinya, sekarang polisi, malah bertambah-tambah lagi, ditaksir sekitar 200 orang lebih, kemudian alat berat bertambah menjadi 10 unit, sementara warga masih berkumpul-kumpul.
Saat ditanya, agar tokoh masyarakat setempat melakukan negoisasi dengan pihak kepolisian, namun pihak kepolisian tetap pada pendiriannya, supaya masyarakat meninggal rumah masing-masing, tapi masyarakat tidak ada diberi rumah pengganti, jadi mau tinggal dimana lagi, untuk mengontrak rumah tak ada uang, lahan pertanian sudah mereka rusak, padahal itu satu-satu penghidupan.
“Ketika kami tanyakan kepada, Kepala Desa (Kades) Suwanto, dia tidak mau tahu dengan kami, mungkin Pak Kades tertekan, kami sudah bertanya sama pak Kades malah dia tidak mengakui kami sebagai warganya, padahal KTP kami alamat di sini, kami sudah puluhan tahun di sini, kami ingin jalan keluarnya apa, mengapa mereka begitu kejam terhadap kami,” katanya.
Jelas, kalau pemikiran orang bodoh ini, perusahaan negara ada apa tujuannya dibuat, tentu untuk memperkaya negara supaya diberikan kepada rakyat, tapi berada di lahan negara kok tersiksa, kemudian polisi ada untuk melindungi dan mengayomi rakyat, tapi ada polisi di sini, masyarakat jadi resah dan takut.
“Bapak Presiden Jokowi katanya sangat peduli dengan rakyat, kami terancam di sini, kami tak ada sekolah pendidikan, kami sudah mengirim surat ke mana-mana, tapi belum juga ada jalan, malah jawabannya sampai bertahun-tahun belum juga di jawab,” tutur Syaful lagi.
Masih di tempat yang sama, Surya, mungkin langkah yang terbaik masyarakat di sini sangat berharap kepada Presiden Jokowi agar membantu masyarakat di sini, supaya tanah yang mereka rampas itu kembali ke masyarakat.
” Karena di tanah kami ini sejarah para orang tua kami, pada umumnya, karena pemerintah setempat tak membela masyarakat, malah sebaliknya mengusir kami, apa salah sebagai sebagai rakyat Indonesia, kemana lagi kami harus pindah, dulu kami mendirikan Mushalla, mereka robohkan, kami dianggap masyarakat liar,” tukasnya.
” Ya tuhan, tolonglah kami, siapun di Indonesia ini yang berhati baik tolonglah, banyak orang yang berpura-pura menolong kami, setelah mereka tahu masalah kami, mereka meninggal kami, mungkin mereka sudah dapat uang dari oknum-oknum tersebut, kami dengar-dengar mereka dapat uang, alias 86, ” tutupnya.
(Raja Paluta/Team)
Posting Komentar