Yofamedia.com - Baru-baru ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan pernyataan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yang mengatakan susu kental manis tidak mengandung susu. Siapa yang tak terkejut, susu kental manis atau disingkat SKM ini sudah membudaya ada di kehidupan banyak orang selama puluhan tahun.
Biasanya SKM menjadi pendamping, seperti roti, jus, dan lainnya. Tapi tidak sedikit juga SKM dikonsumsi anak menjadi salah satu asupan rutin, yang di konsumsi tiga kali sehari, bahkan lebih, dan menjadi pengganti jika sang anak sedang susah makan.
"SKM ini kalau kita lihat komposisinya, dan kita bandingkan dengan ‘susu’ itu sangat beda. Karena ini isinya dominan gula, gula memang sumber energy, tapi kalo kelebihan, semua sudah tahu efeknya kan,” kata dr. Marya Haryono, Sp.GK.
Dokter yang berpraktek di salah satu Rumah Sakit swasta ini mengatakan, Jika ada yang mengatakan SKM memiliki nilai protein, itu sangat benar sekali.Tapi, sangat sedikit sekali, tidak bisa disandingkan dengan protein yang ada di ‘susu’ sebenarnya, apa lagi dengan asupan lain yang juga mengandung protein.
"Jadi, saya setuju sekali kalo SKM ini bukan dijadikan sebagai sumber nutrisi. Anak-anak kan ada kapasitas perut yang masih kecil, jadi tidak heran menjadi kenyang karena SKM yang mengandung dominan gula, dan membuat cepat kenyang. Jadi, ada resiko kekurangan zat gizi lain itu sangat besar,” tambahnya.
Ketika sang buah hati merasa sering kenyang, makan susah, karena konsumsi gula berlebih, maka gizi dari asupan lain akan berkurang. Sedangkan, sangat dianjurkan anak maupun orang dewasa mendapatkan gizi dari bahan alami, yang tentunya berfariasi.
“Ngaruh ke tumbuh kembang anak, anak lumrah kan suka manis, kalo itu dibiasakan, bakal jadi gaya hidup, pola makan, terbawa terus menerus, ya yang dipertaruhkan kesehatannya. tumbuh kembang bisa jadi obesitas, bisa juga kekurusan, tergantung apa asupan lainnya juga. Untuk ke otak juga kan berharap optimal tumbuh kembangnya, kalo mau optimal ya perhatiin asupannya,” jelasnya.
Kalau untuk orang dewasa, dokter Marya mengatakan, untuk urusan SKM adalah sama aja. Bedanya, hanya pada respon yang lebih lama. Jika pada anak sudah bisa terlihat respon kelebihan gulanya, dengan beberapa hal, lain halnya dengan orang dewasa. Menimbun dalam jangka panjang, yang nantinya terliohat diperubahan fisik seperti berat badan yang nungkin terus naik, atau juga bisa lari ke metabolism tubuh, seperti kebanyakan gula yang bisa ke menyebabkan diabetes mellitus.
“jadi sebaiknya bukan sebagai pemakaian rutin, dan bukan juga menjadi sumber nutrisi harian. Kalo soal menjadi lebih hiperaktif, hiperaktif gak melulu tentang kebanyakan gula ya, banyak faktor,” tutup dokter cantik ini. [Red]
Posting Komentar