Pengembangan ini dilakukan oleh peneliti asal Yale University. Mereka mengklaim metodenya mampu mengukur secara akurat, praktis, dengan hasil mudah diinterpretasikan meskipun mereka mengukur banyak faktor yang secara umum membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Dr Morgan Levine, patologis Yale, mengatakan, tujuannya mengidentifikasi faktor-faktor penyebab penuaan sel adalah agar dokter dapat membantu pasien mereka memperpanjang harapan hidup.
Caranya dengan memperbaiki pola makan dan membiasakan berolahraga. Dr Levine juga mengklaim temuannya dapat dengan mudah diterjemahkan dalam tes ala 23AndMe di masa mendatang.
“Anak muda hingga separuh baya biasaya berpikir mereka sehat dan baik-baik saja, namun tidak seperti itu. Tes ini dapat menyatakan resiko nyata, maka mereka dapat memonitor faktor pemicu kematian sebelum resiko itu menjadi masalah,” papar Dr Levine menambahakan.
Tes darah lain seringkali menggunakan pendekatan mikroskopik dan menyelami kedalaman sel untuk mengetahui usia molekularnya. Namun Dr Levine melihat ukuran lain seperti tingkat kadar gula.
Ia mengklaim bahwa ukuran yang digunakan untuk mengetahui manifestasi usia molekular selalu berubah sedangkan prediksi dari kadar gula dan semacamnya justru lebih akurat memprediksi harapan hidup seseorang.
Dr Levine menggunakan 9 biomarker dan menganalisa 42 ukuran yang tersedia dalam seperangkat data dalam US National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES). Tim peneliti pimpinan Dr Levine memilih 10 ribu orang di tahun 1988 hingga 1994 dan mengidentifikasi faktor penentu kematian.
Mereka mencari data orang di tahun 1999 hingga 2010 dan melakukan hal yang sama. Mereka menggunakan data itu dalam algoritma bernama ‘elastic net model’ untuk mengukur prediksi terkuat dan hasil akhirnya adalah 9 biomarker tersebut, termasuk jumlah sel darah putih dan kadar protein globular. [Red]
Posting Komentar