
Jumlah penonton bertambah terus sehingga dalam sepekan sesudah tayang pada 3 Januari 2019, sudah mencapai 660.000 penonton. Kini kurang dari dua minggu semenjak tayang, jumlah penonton sudah melonjak drastis mencapai satu juta lebih bahkan di kala para penonton Indonesia sudah usai melaksanakan liburan akhir tahun. Hal ini menandakan bahwa filmnya dibutuhkan dan perlu ditonton oleh banyak orang.
Ini membuktikan penonton Indonesia membutuhkan kisah yang mewakili nilai-nilai inspiratif dan transformatif. Karya dari kreator Arswendo Atmowiloto ini menjadi serial televisi legendaris pada pertengahan tahun 1990-an.

Dari berbagai penjuru Indonesia, banyak penonton terinspirasi dan mengagumi dua pendatang baru di filmnya yang bermain dengan apik, Zara JKT 48 yang menjadi idola remaja baru dan Widuri Puteri sebagai artis cilik pendatang baru. Keduanya bahkan bersaing dalam kategori aktris remaja baru di Piala Maya.
Sinergi mereka dengan Ringgo Agus Rahman sebagai Abah dan Nirina Zubir sebagai Emak, terbukti memikat keluarga Indonesia. Dari praktisi parenting, selebritas hingga pemangku kebijakan di pemerintah silih berganti memuji kualitas film ini.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang ikut menonton berpendapat film ini mengandung pesan penting, mengembalikan cerita tentang keluarga jadi mainstream. Film ini juga unik. Biasanya cerita keberhasilan itu adalah meraih keberhasilan di atas, sekarang ditunjukkan narasi keberhasilan adalah bangkit dari jatuh.
Lalu komentar pemain film Reza Rahadian juga positif. Ia menilai film itu tidak berlebihan sama sekali, penampilan para pemain sangat luar biasa bagus. "Jadi buat saya Keluarga Cemara adalah potret keluarga Indonesia masa kini," kata Reza. [Budi]
Posting Komentar