Yofamedia.com, Jakarta - Sebuah kerajaan besar
dalam sejarah nusantara yang bernama Majapahit telah memberikan sumbangan yang
sangat besar terhadap dunia seni Indonesia. Pada masa kejayaannya, gamelan yang
lahir dari budaya Hindu-Buddha, mengalami perkembangan hingga pada bentuk yang
kita kenal saat ini. Sebagai sebuah orkes, gamelan terdiri dari berbagai
instrumen pendukung yang didominasi oleh instrumen yang terbuat dari logam
bernada rendah hingga nada tinggi. Selain itu instrumen berdawai, seruling, gendang,
sitar, dan penyanyi juga menjadi komponen penting bagi keutuhan gamelan.
Satu instrumen dengan lainnya saling bersahutan menjadi sebuah kesatuan yang tak terpisahkan. Eksotisme pun hadir melalui tangga nada pentatonik dan sistem penalaan yang khas. Keindahan interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara pada gamelan telah banyak menginspirasi seorang komposer besar Perancis - Claude Debussy dalam menggubah karya-karyanya. Warna baru dalam musik klasik tradisi negara barat pun muncul dengan atmosfer dan nafas yang berbeda.
Pun sebaliknya, kolonialisme Belanda yang kemudian beralih kepada Inggris, telah meninggalkan banyak warisan budaya negara barat di Indonesia. Salah satunya adalah Theater Schouwburg Weltevreden yang memiliki arsitektur bergaya Neo-Renaissance. Gedung ini sekarang kita kenal dengan nama Gedung Kesenian Jakarta.
Pascal Rogé dan Ami Rogé |
Kehadiran duo pianis asal Perancis Pascal Rogé dan Ami Rogé, seakan menjadi
sebuah momen yang tepat untuk merayakan keindahan asimilasi budaya timur dan
barat. Oleh karena itulah, The Grand Signature Piano bermaksud menggelar
penampilan mereka dalam Heritage Concert yang pertama, pada tanggal 15 Juli
2019 pukul 19.30 di Gedung Kesenian Jakarta.
Konser kali ini akan mengetengahkan karya Claude Debussy, Maurice Ravel dan Colin McPhee. Berbagai elemen tekstur, irama, warna suara dan filosofi dari gamelan akan hadir melalui musik tradisi barat yang mereka bawakan. Dalam situsnya, Brent Hugh menyebutkan bahwa musik tradisional Jawa memiliki relasi terhadap beberapa unsur alam, seperti laut, angin dan dedaunan. Ketiga suara alam ini menjadi inspirasi utama bagi Debussy dalam mahakaryanya yang berjudul La Mer, yang akan diperdengarkan sebagai puncak dari Heritage Concert ini.
Bukan sekedar konser, Heritage Concert Series merupakan sebuah rangkaian pertunjukan dengan dua keluaran. Selain konser itu sendiri, kegiatan ini akan selalu diikuti oleh sebuah video dokumenter yang membahas kajian berkenaan dengan tema dan situs warisan budaya yang sedang dijadikan sorotan. Seluruh rangkaian kegiatan ini akan diunggah sebagai sebuah saluran dokumenter yang dapat diakses oleh publik dari berbagai penjuru dunia. Semoga dengan demikian, anak negeri dapat lebih mengenal kekayaan warisan budaya bangsanya dan semoga dengan Heritage Concert Series ini, Indonesia lebih mendapatkan sorotan di mata dunia. Inilah dedikasi kami bagi Indonesia.
Konser kali ini akan mengetengahkan karya Claude Debussy, Maurice Ravel dan Colin McPhee. Berbagai elemen tekstur, irama, warna suara dan filosofi dari gamelan akan hadir melalui musik tradisi barat yang mereka bawakan. Dalam situsnya, Brent Hugh menyebutkan bahwa musik tradisional Jawa memiliki relasi terhadap beberapa unsur alam, seperti laut, angin dan dedaunan. Ketiga suara alam ini menjadi inspirasi utama bagi Debussy dalam mahakaryanya yang berjudul La Mer, yang akan diperdengarkan sebagai puncak dari Heritage Concert ini.
Bukan sekedar konser, Heritage Concert Series merupakan sebuah rangkaian pertunjukan dengan dua keluaran. Selain konser itu sendiri, kegiatan ini akan selalu diikuti oleh sebuah video dokumenter yang membahas kajian berkenaan dengan tema dan situs warisan budaya yang sedang dijadikan sorotan. Seluruh rangkaian kegiatan ini akan diunggah sebagai sebuah saluran dokumenter yang dapat diakses oleh publik dari berbagai penjuru dunia. Semoga dengan demikian, anak negeri dapat lebih mengenal kekayaan warisan budaya bangsanya dan semoga dengan Heritage Concert Series ini, Indonesia lebih mendapatkan sorotan di mata dunia. Inilah dedikasi kami bagi Indonesia.
Executive Director The Grand Signature Piano Helen Gumanti mengatakan, konser ini merupakan kali pertamanya dimana kehadiran duo pianis asal Perancis Pascal Roge dan Ami Roge seakan menjadi sebuah momen yang tepat untuk merayakan keindahan asimilasi budaya timur dan barat.
Menurutnya, Heritage Concert Series ini merupakan sebuah rangkaian pertunjukan
dengan dua keluaran. Selain konser itu sendiri, kegiatan ini akan selalu
diikuti oleh sebuah video dokumenter yang membahas kajian berkenaan dengan tema
dan situs warisan budaya yang sedang dijadikan sorotan. Seluruh rangkaian
kegiatan ini akan diunggah sebagai sebuah saluran dokumemer yang dapat diakses
oleh publik dari berbagai penjuru dunia.
Helen Gumanti berharap, semoga dengan adanya konser ini, anak negeri dapat
lebih mengenal kekayaan warisan budaya bangsanya dan semoga dengan Heritage
Concert Series ini, Indonesia lebih mendapatkan sorotan di mata dunia. “lnilah dedikasi kami bagi Indonesia,” terangnya.
Perlu diketahui, Pascal Roge adalah gambaran dari pianis terbaik di Perancis.
Lahir di Paris, beliau adalah mantan murid dari Paris Conservatory dan pernah
dimentori oleh Julius Katchen dan The Great Nadla Boulanger. Sebagai salah satu artis
rekaman ternama, Pascal Roge telah memperoleh banyak penghargaan bergengsi,
mulai dari Gramophone Awards, 3 Grand an du Dlsque and Edison Award atas
interprestasinya dari karya The Ravel dan Saint-Saens Concerti bersamaan dengan
karya penuh dari Ravel, Poulenc dan Satie. Pascal Roge menikmati permainan piano empat-tangan/dua-piano bersama istri
tercintanya Ami Roge. Mereka berkeliling dunia dan tampil pada berbagai macam
festival dan konser musik temama. Saat ini beliau menjabat sebagai Ketua dan Kompetisi Piano Genewa dan mengajar
berbagai Masterclass di Perancis, Jepang, Amerika dan Inggris. [Lia]
Posting Komentar