Dalam kesempatan itu, Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial mengembangkan program Peksos Goes To School yang merupakan kegiatan untuk mencegah terjadinya berbagai masalah anak, termasuk yang terjadi di sekolah-sekolah.
Kegiatan MPLS sendiri adalah kegiatan pertama sekolah untuk mengenalkan program, sarana dan prasarana sekolah, cara belajar, penanaman konsep, pengenalan diri, dan pembinaan awal kultur sekolah. MPLS yang memiliki tema "Membangun Budi Pekerti dan Generasi Berprestasi di Tengah Pandemi Covid-19" tersebut di dalam pelaksanaannya tentunya telah sesuai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah. Pelaksanaan MPLS virtual SMA Negeri 2 Kuningan yang beralamat di Jalan Aruji Kartawinata Kuningan pada hari ke-empat ini diikuti oleh 360 siswa baru kelas 10.
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat dalam arahannya membahas tuntas tentang "STOP CYBERBULLYING". Harry menerangkan bahwa Cyberbullying atau yang biasa disebut perundungan menggunakan media telekomunikasi seperti internet dan telepon serta biasanya dilakukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan kepada yang dianggap lemah. Seperti yang dilakukan senior kepada juniornya atau anak popular kepada yang kurang popular.
"Mari kita bangun situasi dan kondisi yang lebih baik. Jangan balas bully dengan bully. Tunjukkan kalau kita lebih baik dan respon dengan sikap yang bijaksana," ajak Harry.
Kemudian, Harry juga menyampaikan bahwa cyberbullying memiliki dampak secara mental, emosional dan fisik. Karena secara mental, korban bullying akan merasa kesal, malu, bahkan merasa bodoh. Sedangkan dampak secara emosional, si anak akan menjadi cepat marah dan kehilangan minat pada hal-hal yang disukainya. Lalu juga akan berpengaruh secara fisik pada para korban bullying seperti bekas luka di tubuh.
Harry pun berujar, jika ada permasalahan anak di lingkungan terdekat silahkan menghubungi Telepon Pelayanan Sosial Anak (TePSA) di nomor 1500771 atau whatsapp ke 081238888002. "Kalian tidak perlu khawatir, petugas operator TePSA profesional dan memiliki kode etik," terang Harry.
Dalam kesempatan tersebut, siswa dan siswi MPLS turut diberikan pedoman atau cara menggunakan media sosial yang aman, antara lain bijak dalam membuat konten atau memilih foto yang akan di upload. Selain itu, para siswa dan siswi juga diharapkan berhati-hati dalam mengupdate status ataupun memberikan komentar di media sosial.
Harry lalu berpesan agar jangan semua yang bersifat pribadi ditampilkan di ranah publik. "Jika ada foto yang bersifat pribadi, pertimbangkan pantas atau tidak pantas upload ke media sosial," pesan Harry.
Untuk diketahui, sasaran dari Peksos Goes To School sendiri adalah murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Melalui program ini, diharapkan akan muncul para agen cilik perubahan sebagai pelaksana pencegahan tindak kekerasan pada anak-anak. Pelaksanaan Peksos Goes To School kali ini juga sebagai rangkaian peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2020. [Red]
Posting Komentar