“Hoax sudah menjadi “penyakit sosial” dunia, bahkan sebelum terjadinya pandemi corona. Hadirnya berbagai hoaks seputar menyebarnya pandemi Covid-19 tentu saja tidak dapat dipandang sederhana. Informasi akan menggiring bukan hanya pikiran, namun juga pemahaman dan perilaku keseharian. Fleksibilitas terhadap protokol kesehatan, menjadi hal yang tidak dapat disepelekan. Fleksibilitas yang termanifestasi dalam perilaku yang “cuek” terhadap situasi pandemi. Ketika masyarakat termakan hoaks dan kemudian meyakini bahwa Covid-19 bukan penyakit yang nyata, maka, mereka akan berperilaku yang mengandung resiko seperti tidak menggunakan masker, tidak mencuci tangan serta abai untuk menjaga jarak,” ujar Devie Rahmawati.
“Melakukan aktivitas di lima provinsi, sekaligus menjadi sarana kami untuk menangkap dinamika di setiap daerah semasa pandemi. Temuan kami menunjukkan bahwa masyarakat mengakui bahwa mereka sebagian dan tanpa sengaja mengkonsumsi informasi-informasi hoaks baik itu seputar politik hingga Covid. Tema hoaks yang paling sering hadir saat ini ialah mengenai cara pengobatan covid,” ujar Mila Viendyasari, anggota tim pengmas UI.
“Kami ingin membantu aparatur desa agar memiliki kepekaan terhadap informasi, berita dan isu yang beredar di masyarakat, apakah informasi yang beredar dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Oleh karenanya kami memberikan 4 (empat) tema materi yaitu: melihat peta media, medsos dan kebiasaan masyarakat; ruang gema dan pasca kebenaran; hoaks dan kabut kebencian; mencari sumber informasi terpercaya dan mengecek hoaks,” seru Devie Rahmawati, Ketua Pengabdi Pengmas Vokasi UI.
“Sasaran kami kepada aparatur desa, kepolisian, TNI, mahasiswa dan media, karena posisi mereka di masyarakat yang dinilai sebagai patron, yang mampu menjadi rujukan, sumber informasi dan entitas yang dihormati oleh para klien (masyarakat) secara umum. Ini merupakan upaya kami, untuk melakukan akselerasi pemberdayaan masyarakat terhadap informasi yang benar dan akurat, tanpa harus mengumpulkan massa yang besar, namun melalui para tomas (tokoh masyarakat) serta toda (tokoh daerah),” tambah Mila Viendyasari, Dosen Vokasi UI.
“Aktivitas dilakukan secara luring, yang didukung penuh oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI, bersama – sama FKPT, Kampus dan Dinas Kominfo. Sebagian kegiatan dikemas dalam judul Ngobrol Pintar Cara Orang Indonesia (Ngopi Coi),“ tutup Devie. [Red]
Posting Komentar