"Pulau Plastik" mengikuti perjalanan tiga orang yang menolak diam melawan plastik sekali pakai. Gede Robi vokalis band rock Navicula asal Bali, Tiza Mafira pengacara muda asal Jakarta serta Prigi Arisandi ahli biologi dan penjaga sungai asal Jawa Timur, menelusuri sejauh mana jejak sampah plastik menyusup ke rantai makanan, dampaknya terhadap kesehatan manusia, dan apa yang bisa dilakukan untuk menghentikannya.
"Seneng banget karena tadinya kita pikir enggak mungkin tayang di bioskop karena pas film selesai masuk pandemi, sekarang kita ada di sini di situasi yang gak seideal yang kami harapkan tapi film ini bisa muncul di bioskop," kata CEO Visinema Group, Angga Dwimas Sasongko usai pemutaran perdana film "Pulau Plastik".
Film ini disutradarai oleh Dandhy Laksono dan Rahung Nasution. "Pulau Plastik" sendiri merupakan proyek kolaborasi antara Visinema Pictures, Kopernik, Akarumput, dan WatchdoC yang sebelumnya telah ada dalam bentuk serial.
"Pulau Plastik" menyoroti seputar isu sampah plastik yang bukan hanya menjadi permasalahan di Indonesia tapi juga dunia. Film ini memberikan gambaran tentang seberapa darurat bahaya penggunaan plastik sekali pakai terhadap lingkungan dan juga kesehatan manusia.
"Saya harap penonton bisa menontonnya di layar lebar karena buat saya efek nonton visual di layar lebar akan berbeda, kita jadi bisa ngerasain problem utamanya apa dan kita juga bisa ngerasain urgensinya soal plastik ini seberapa besar dan senang akhirnya bisa ke bioskop dan akhirnya sampai di Jakarta," ujar Angga.
"Pulau Plastik" tayang terbatas di bioskop Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi dan Tangerang, namun kedepannya film ini dapat disaksikan melalui layanan streaming digital. [Red]
Posting Komentar