Menurut Hotman, total beras bansos Presiden yang hendak didistribusikan kepada 247.997 keluarga penerima manfaat (KPM) di wilayah Depok, Jawa Barat mencapai 6.119 ton.
Namun, kata dia, dalam penyalurannya sebanyak 3,4 ton atau 0,05 persennya ada yang mengalami kerusakan karena faktor cuaca atau hujan. Adapun kerugian beras rusak tersebut sebesar Rp 37 juta dan telah diganti oleh pihak JNE.
Beras tersebut mengalami kerusakan pada Mei 2020 dan disimpan di gudang JNE selama 1,5 tahun.
“Cuma karena makin lama makin rusak dan makin busuk akhirnya dicari inisiatif beras ini dikubur saja. Kalau dibuang sembarangan, nanti bisa dituduh jual beras bantuan Presiden,” ungkap Hotman dalam konferensi persnya di kawasan Jet Ski Restoran, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (4/8/2022).
Menurut Hotman, untuk mengambil tindakan penguburan, JNE sudah melakukannya dengan hati-hati. Dengan mempertimbangkan bahwa agar tidak disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
“Kalau dibuang ke jalanan ini kan ada logo Banpres nanti dikira JNE yang menyalahgunakan. Karena terlalu hati-hati sehingga disimpan dulu lama,” ujarnya.
Hotman menegaskan tidak ada niat dari JNE untuk melakukan korupsi atau menimbun beras bansos. Selain itu, semua penerima manfaat sudah mendapatkan haknya dalam menerima beras bantuan presiden.
“Semua masyarakat sudah tanda tangan beras sudah diterima. Bahkan, Kemensos sudah katakan semua beras sampai semuanya tidak ada yang dirugikan,” tukasnya.
Sebelumnya, sebuah video yang memperlihatkan adanya temuan beras sembako yang ditimbun di Depok. Video viral itu lantas menggegerkan dunia maya sehingga pihak JNE perlu memberikan kejelasan sebenarnya apa yang terjadi. [Red]
Posting Komentar