Film karya sutradara Gina S.Noer ini mengeksplorasi kehidupan dari sudut pandang dua gadis remaja, Lisa dan Sarah. Lisa dan Sarah terpapar konten pornografi online. Mereka mencoba melakukan berbagai cara untuk keluar dari pengaruh buruk kecanduan pornografi, namun usaha itu tidaklah mudah.
Ada banyak sekali simbolisasi dan kritik sosial yang tercapture apik yang diselipkan pada beberapa scene dengan dialog lugas dan ringan, mengingat tokoh utama diceritakan sangat belia.
Kekerasan seksual, pelecehan seksual, penyerangan seksual, dan konsumsi seksual merupakan empat hal yang perlu kita perkuat kembali akar maknanya. Apa itu? Bagaimana terjadinya sehingga dapat disebut demikian? Apa dampaknya? Bagaimana resolusinya.
Keluarga, seperti yang kita semua harapkan benar-benar menerima setiap anggota “seadanya”, baiknya dapat memberi dukungan moril pula di atas dukungan lain yang memang seharusnya mereka dapatkan.
Selain itu, kita juga akan dipuaskan oleh ASMR berbagai jenis efek suara yang mengawal 30 detik kedua film menjadi daya tarik sendiri. Visual warna-warni dengan grading cerah ceria bukan tak mungkin memiliki arti, yakni belia dan keremajaannya. Ada beberapa scene yang betul-betul menyajikan visual dan suara yang sangat seduktif dan traumatis— mengingat tema besar yang dijunjung ialah seksual dan remaja— sehingga film harus disaksikan dengan bijak.
Film ini juga bisa jadi amat personal bagi penyintas, berangkat dari sudut pandang penyintas, memosisikan duduk-duduk lakuan penyintas, maka sangat representatif dengan POV angle yang disajikan sederhana dan natural.
Tiap bagian-bagian scene disatukan dengan alur runtut dengan transisi yang estetis dan tak terduga sehingga penonton dialihkan fokusnya dengan cepat. Ada banyak scene yang disuguhkan dan kesemuanya hampir kurang maksimal dinikmati sebab terlalu cepat.
Gina S. Noer menggunakan aliterasi dalam penamaan tokoh utama. Lisa mewakili judul Like dan Sarah mewakili judul Share. Sedari awal sudah gamblang bahwa ini cerita mereka, hidup mereka. Lisa mengingatkan masa-masa 17 tahun yang polos, penuh khawatir, dan penuh tanya. Sarah mencipta tawa kecil kala figur sok beraninya di membawa nostalgia kecerobohan remaja.
Perihal naskah, semenit pertama ketika film dimulai, teori yang dilatunkan Lisa dan Sarah di atas ranjang sangat absurd dan jelas bahwa itu mengandung suatu nilai. Saya belum dapat mengintepretasikan. Sisanya, dialog lugas dan ringan mengemas cerita sejoli sahabat dengan nyaman.
Pada akhirnya, Like & Share berhasil membawa cerita utuh soal isu perempuan di Indonesia. Narasinya berhasil dicapai dengan segala bentuk yang ada dalam visual dan audionya. [Budi Prasetyo]
Posting Komentar