Yofamedia.com, Jakarta - Transaksi digital bertumbuh pesat sejak pandemi Covid-19 dan tidak menunjukkan tanda-tanda surut. Dikutip dari blog Niagahoster, nilai belanja produk lewat website maupun aplikasi e-commerce di Indonesia naik sebesar 67 persen dan diprediksi akan meningkat 100 persen pada 2025.
Bisnis pun kian mengadopsi penggunaan teknologi, yang juga didorong oleh pemerintah Indonesia yang menargetkan 30 juta pelaku UMKM masuk ke ekosistem digital pada 2024. Dalam prosesnya, sebanyak 20,2 juta UMKM sudah on boarding digital pada akhir 2022 atau meningkat sebesar 12,2 juta sejak awal pandemi di tahun 2020.
Sebanyak 28 persen dari pelaku UMKM Indonesia juga mengaku mereka tidak akan bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19 tanpa melakukan transformasi ke platform digital. Dengan tren belanja online yang masih bertahan di tahun 2023, bisnis yang masih mengabaikan penggunaan teknologi bisa kalah dengan kompetitor, hingga kehilangan pelanggan.
“Memanfaatkan teknologi digital mengizinkan bisnis menjangkau lebih banyak calon pelanggan yang selama ini belum terekspos atau belum aware dengan keberadaan bisnis mereka. Tentunya hal tersebut akan membantu bisnis bertahan lama karena aset digital akan bertahan untuk jangka waktu yang panjang,” ujar Ayunda Zikrina, Head of Brand and Communication Team Niagahoster.
Potensi Besar Indonesia dalam Peningkatan Ekonomi Digital
Dilansir dari blog Niagahoster, 66 persen masyarakat Indonesia saat ini lebih memilih belanja online daripada offline. Sehingga, meskipun suatu bisnis memiliki toko fisik, konsumen Indonesia akan tetap memilih membeli secara online karena lebih praktis.
Tren pencarian kata kunci “belanja online” pun telah menyebar ke mayoritas wilayah di Indonesia. Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat Indonesia secara konsisten mencari cara untuk bertransaksi secara online dan menjadikan Indonesia berpotensi besar dalam peningkatan ekonomi dan keuangan digital.
Namun meski dengan banyaknya fakta mengenai keuntungan beralih ke platform digital, masih banyak pula pelaku UMKM yang ragu untuk menjual produknya secara online. Keraguan mereka dilandasi oleh kurangnya pengetahuan mengenai teknologi atau kegagalan yang pernah dialami.
Dengan toko fisik yang kini semakin sepi, peluang bisnis online terlihat semakin cerah. Pemerintah dan pihak-pihak swasta pun telah memiliki berbagai program edukasi yang bisa diikuti oleh pebisnis dan pelaku UMKM demi kesuksesan bisnis online mereka. Misalnya event online atau development program yang diadakan secara rutin dan gratis oleh perusahaan web hosting Niagahoster.
Transformasi Digital Memiliki Arti Luas
Transformasi digital bukan hanya berarti mengunggah foto dan deskripsi produk di platform online, tapi memiliki arti lebih dari itu. Digitalisasi adalah membawa transaksi konvensional ke ekosistem digital dengan integrasi teknologi yang memudahkan penjual dan pembeli, serta menjangkau pasar yang lebih luas.
“Ekosistem digital yang terintegrasi menjadi kemudahan bagi pemilik bisnis untuk memulai bisnis online. Website toko online, marketplace, dan berjualan di media sosial bukanlah suatu persaingan channel mana yang lebih baik, melainkan harus dikolaborasikan dan diintegrasikan antara satu sama lain untuk hasil yang lebih baik dan agar bisnis dapat bertahan lebih lama,” kata Ayunda.
Tidak hanya integrasi platform berjualan, tapi juga integrasi antara platform transaksi jual beli dengan sistem pengiriman dan layanan pembayaran yang memudahkan untuk pengalaman berbelanja online yang semakin aman dan nyaman.
Seperti kolaborasi yang dilakukan oleh perusahaan layanan web hosting, Niagahoster, dengan agregator layanan pengiriman, KiriminAja. Kedua perusahaan tersebut mengajak pebisnis dan pelaku UMKM untuk masuk ke ekosistem digital yang terintegrasi dan memudahkan proses transaksi jual-beli serta pengiriman barang. [Red]
Posting Komentar