The Ghost Station bercerita tentang Na-young (Kim Bo-ra) yang bekerja sebagai seorang reporter yang sangat membutuhkan berita eksklusif. Dia seringkali gagal menemukan berita eksklusif, karena menurut penilaian atasannya, berita yang ia cari teramat biasa saja. Suatu hari temannya, Choi Woo-won (Kim Jae-hyun) bercerita tentang kejadian aneh di Stasiun Oksu tempatnya bekerja, di mana banyak orang mati secara misterius di tempat itu.
Na-young pun tertarik membuat berita tersebut, dan Choi Woo-won pun lantas memberi salinan video stasiun tersebut saat kejadian berlangsung. Keesokan harinya, video itu langsung jadi trending setelah diunggah ke media sosial. Keduanya pun lantas saling menelusuri serangkaian kematian di stasiun kereta bawah tanah Oksu.
Namun, peristiwa tersebut memicu kematian banyak orang yang sebelumnya belum pernah terjadi. Kematian itu ternyata dipicu oleh bekas cakaran yang tiba-tiba muncul di tangan dan menjalar ke seluruh tubuh. Apa yang sebenarnya terjadi di stasiun itu sebelumnya? Benarkah stasiun itu menyimpan dosa masa lalu yang belum terungkap ke permukaan?
Premis cerita film ini memang cukup menarik karena menggabungkan antara urban legend dengan crime. Kita sebagai penonton akan dibawa untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi dari kacamata reporter muda Na Young. Dengan apiknya film ini sanggup mengantarkan kita untuk ke dalam pusaran misteri dari kematian demi kematian di stasiun ini.
Dari segi horrornya, banyak sekali adegan yang akan membuat kita melompat dari kursi. Walaupun kita merasa sudah siap disajikan hal yang menakutkan, akan tetapi ternyata tetap saja kita terkejut dengan apa yang kita lihat di layar. Pembangunan horornya cukup efektif, dimana ritme dari ketegangan terjaga cukup baik sehingga kita akan merasakan ketegangan yang semakin meningkat.
Untuk segi misterinya, film ini juga berhasil membuat kita berfokus dengan segala sesuatu baik itu visual maupun audio untuk turut memecahkan teka teki yang ada di film ini. Petunjuk demi petunjuk yang diberikan tidak langsung serta merta membuka misteri dengan mudah. Bagaikan remah remah roti yang ditinggalkan, kita terbius untuk mengumpulkan remah remah tersebut untuk mencapai tujuan akhir yang ternyata akan membuat kita menggelengkan kepala kita. [Red]
Posting Komentar