Dengan skenario ditulis oleh Agasyah Karim, Khalid Kasogi, dan Bayu Kurnia, film ini siap menyajikan ketegangan melalui penampilan aktris berbakat, seperti Indah Permatasari, Della Dartyan, Claresta Taufan, Maryam Supraba, dan Aksara Dena.
Cerita Sakaratul Maut berfokus pada kehidupan Pak Wiryo (diperankan oleh Jose Rizal Manua) dan Bu Wiryo (Retno Yuniwati), sepasang suami istri terpandang di Desa Umbul Krida. Di balik penampilan bahagia mereka, tragedi mengintai. Sebuah kecelakaan lalu lintas merenggut nyawa Bu Wiryo dan membuat Pak Wiryo terperosok dalam keadaan koma.
Dalam kondisi kritis ini, anak bungsu mereka, Retno (Indah Permatasari), terpaksa menunda keberangkatannya ke Surabaya untuk merawat ayahnya, bersama kakaknya, Wati (Della Dartyan), meskipun harapan untuk pemulihan Pak Wiryo sangat tipis.
Di tengah kesedihan dan kecemasan, konflik keluarga mulai terjalin. Wati terlibat dalam perebutan warisan dengan Tarjo (Aksara Dena), adik tiri dari pernikahan kedua Pak Wiryo. Gosip mulai menyebar di antara tetangga bahwa Pak Wiryo memiliki ‘pegangan’ gaib yang menyulitkannya untuk berpulang. Sementara itu, satu per satu anggota keluarga mulai merasakan teror dari sosok jin yang mengerikan, menambah ketegangan dalam suasana yang sudah mencekam.
Sidharta Tata, sutradara film ini, menjelaskan bahwa ide cerita muncul dari realitas sehari-hari yang kerap dihadapi masyarakat. “Ide film ini berasal dari hal-hal kecil di lingkungan kita dan umum terjadi dalam konteks ruang sosial masyarakat, terutama di kampung,” ujar Sidharta.
Dia mencontohkan cerita masyarakat masa lampau yang memiliki ‘pegangan’ untuk ilmu keselamatan, penglaris, dan lainnya yang bersifat melindungi diri dan keluarga. Namun, pegangan itu malah menyusahkan saat menjelang sakaratul maut. Melalui narasi ini, Sidharta berharap penonton dapat merasakan kedekatan dengan cerita yang terjalin antara realita dan mitos yang tersebar di masyarakat.
Senada dengan Sidharta, Produser film Sakaratul Maut, Sunil G. Samtani, juga mengatakan bahwa film ini berfokus pada kisah keluarga yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. “Semoga karya terbaru Tata bersama Rapi Films ini bisa diterima dan diapresiasi dengan baik oleh pencinta film horor Indonesia,” kata dia menambahkan.
Indah Permatasari, yang memerankan Retno, menyampaikan rasa syukurnya atas kesempatan berperan dalam film ini. Sebelumnya, istri dari aktor dan komedian Arie Kriting itu pernah bermain dalam film Rudy Habibie (2016), Srimulat: Hidup Memang Komedi (2023), serta Agak Laen (2024).
“Ini pengalaman pertama kali di-direct sama mas Tata, rasanya menyenangkan banget,” kata Indah. Dia menilai, film Sakaratul Maut akan membuat penonton merasa dekat, terutama mengenai hubungan adik-kakak, rahasia antara suami dan istri, dan warisan, yang sering dijumpai di kehidupan keluarga.
“Semoga film ini bisa menjadi film yang punya experience yang menyenangkan buat penonton Indonesia dan membuat kita ingin menjadi manusia yang lebih baik," kata Indah.
Dengan segala ketegangan dan drama yang ditawarkan, Sakaratul Maut mengisahkan tentang ketidakpastian hidup dan kematian yang dapat mengubah segalanya dalam sekejap. Saat Pak Wiryo berjuang dalam kondisi koma, pertarungan batin dan konflik keluarga semakin memanas, dikelilingi oleh teror yang datang dari entitas gaib yang mengintai. Apakah keluarga Wiryo dapat mengatasi teror yang mengancam dan menemukan jalan untuk memutus siklus penderitaan ini? Ataukah mereka akan terus terjebak dalam kegelapan yang mengintai?
Dengan nuansa horor yang kental dan cerita yang sarat dengan konflik batin, Sakaratul Maut siap memikat penonton mulai 1 Agustus 2024 di bioskop Tanah Air. [Red]
Posting Komentar